Selasa, 19 Februari 2008

Tantrum


Andi menangis, menjerit-jerit dan berguling-guling di lantai karena menuntut ibunya untuk membelikan mainan mobil-mobilan di sebuah hypermarket di Jakarta? Ibunya sudah berusaha membujuk Andi dan mengatakan bahwa sudah banyak mobil-mobilan di rumahnya. Namun Andi malah semakin menjadi-jadi. Ibunya menjadi serba salah, malu dan tidak berdaya menghadapi anaknya. Di satu sisi, ibunya tidak ingin membelikan mainan tersebut karena masih ada kebutuhan lain yang lebih mendesak. Namun disisi lain, kalau tidak dibelikan maka ia kuatir Andi akan menjerit-jerit semakin lama dan keras, sehingga menarik perhatian semua orang dan orang bisa saja menyangka dirinya adalah orangtua yang kejam. Ibunya menjadi bingung....., lalu akhirnya ia terpaksa membeli mainan yang diinginkan Andi. Benarkah tindakan sang Ibu?


Temper Tantrum

Kejadian di atas merupakan suatu kejadian yang disebut sebagai Temper Tantrums atau suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Temper Tantrum (untuk selanjutnya disebut sebagai Tantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 (lima belas) bulan sampai 6 (enam) tahun. Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap "sulit", dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur.

2. Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru.

3. Lambat beradaptasi terhadap perubahan.

4. Moodnya (suasana hati) lebih sering negatif.

5. Mudah terprovokasi, gampang merasa marah/kesal.

6. Sulit dialihkan perhatiannya.

Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Di bawah ini adalah beberapa contoh perilaku Tantrum, menurut tingkatan usia:

1. Di bawah usia 3 tahun:

  • Menangis
  • Menggigit
  • Memukul
  • Menendang
  • Menjerit
  • Memekik-mekik
  • Melengkungkan punggung
  • Melempar badan ke lantai
  • Memukul-mukulkan tangan
  • Menahan nafas
  • Membentur-benturkan kepala
  • Melempar-lempar barang

2. Usia 3 - 4 tahun:

  • Perilaku-perilaku tersebut diatas
  • Menghentak-hentakan kaki
  • Berteriak-teriak
  • Meninju
  • Membanting pintu
  • Mengkritik
  • Merengek

3. Usia 5 tahun ke atas

  • Perilaku- perilaku tersebut pada 2 (dua) kategori usia di atas
  • Memaki
  • Menyumpah
  • Memukul kakak/adik atau temannya
  • Mengkritik diri sendiri
  • Memecahkan barang dengan sengaja
  • Mengancam

Faktor Penyebab

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Tantrum. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu.

Setelah tidak berhasil meminta sesuatu dan tetap menginginkannya, anak mungkin saja memakai cara Tantrum untuk menekan orangtua agar mendapatkan yang ia inginkan, seperti pada contoh kasus di awal.

2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri.

Anak-anak punya keterbatasan bahasa, ada saatnya ia ingin mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan orangtuapun tidak bisa mengerti apa yang diinginkan. Kondisi ini dapat memicu anak menjadi frustrasi dan terungkap dalam bentuk Tantrum.

3. Tidak terpenuhinya kebutuhan.

Anak yang aktif membutuh ruang dan waktu yang cukup untuk selalu bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu yang lama. Kalau suatu saat anak tersebut harus menempuh perjalanan panjang dengan mobil (dan berarti untuk waktu yang lama dia tidak bisa bergerak bebas), dia akan merasa stres. Salah satu kemungkinan cara pelepasan stresnya adalah Tantrum. Contoh lain: anak butuh kesempatan untuk mencoba kemampuan baru yang dimilikinya. Misalnya anak umur 3 tahun yang ingin mencoba makan sendiri, atau umur anak 4 tahun ingin mengambilkan minum yang memakai wadah gelas kaca, tapi tidak diperbolehkan oleh orangtua atau pengasuh. Maka untuk melampiaskan rasa marah atau kesal karena tidak diperbolehkan, ia memakai cara Tantrum agar diperbolehkan.

4. Pola asuh orangtua

Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk menyebabkan Tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan, bisa Tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dilindungi dan didominasi oleh orangtuanya, sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang dominasi orangtua dengan perilaku Tantrum. Orangtua yang mengasuh secara tidak konsisten juga bisa menyebabkan anak Tantrum. Misalnya, orangtua yang tidak punya pola jelas kapan ingin melarang kapan ingin mengizinkan anak berbuat sesuatu dan orangtua yang seringkali mengancam untuk menghukum tapi tidak pernah menghukum. Anak akan dibingungkan oleh orangtua dan menjadi Tantrum ketika orangtua benar-benar menghukum. Atau pada ayah-ibu yang tidak sependapat satu sama lain, yang satu memperbolehkan anak, yang lain melarang. Anak bisa jadi akan Tantrum agar mendapatkan keinginannya dan persetujuan dari kedua orangtua.

5. Anak merasa lelah, lapar, atau dalam keadaan sakit.

6. Anak sedang stres (akibat tugas sekolah, dll) dan karena merasa tidak aman (insecure).

Tindakan

Dalam buku Tantrums Secret to Calming the Storm (La Forge: 1996) banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa Tantrum adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif dan emosi anak. Sebagai bagian dari proses perkembangan, episode Tantrum pasti berakhir. Beberapa hal positif yang bisa dilihat dari perilaku Tantrum adalah bahwa dengan Tantrum anak ingin menunjukkan independensinya, mengekpresikan individualitasnya, mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan membuat orang dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit. Namun demikian bukan berarti bahwa Tantrum sebaiknya harus dipuji dan disemangati (encourage). Jika orangtua membiarkan Tantrum berkuasa (dengan memperbolehkan anak mendapatkan yang diinginkannya setelah ia Tantrum, seperti ilustrasi di atas) atau bereaksi dengan hukuman-hukuman yang keras dan paksaan-paksaan, maka berarti orangtua sudah menyemangati dan memberi contoh pada anak untuk bertindak kasar dan agresif (padahal sebenarnya tentu orangtua tidak setuju dan tidak menginginkan hal tersebut). Dengan bertindak keliru dalam menyikapi Tantrum, orangtua juga menjadi kehilangan satu kesempatan baik untuk mengajarkan anak tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi-emosi yang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel, dll) secara wajar dan bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut.

Pertanyaan sebagian besar orangtua adalah bagaimana cara terbaik dalam menyikapi anak yang mengalami Tantrum. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kami mencoba untuk memberikan beberapa saran tentang tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua untuk mengatasi hal tersebut. Tindakan-tindakan ini terbagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:

1. Mencegah terjadinya Tantrum

2. Menangani Anak yang sedang mengalami Tantrum

3. Menangani anak pasca Tantrum

Pencegahan

Langkah pertama untuk mencegah terjadinya Tantrum adalah dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa muncul Tantrum pada si anak. Misalnya, kalau orangtua tahu bahwa anaknya merupakan anak yang aktif bergerak dan gampang stres jika terlalu lama diam dalam mobil di perjalanan yang cukup panjang. Maka supaya ia tidak Tantrum, orangtua perlu mengatur agar selama perjalanan diusahakan sering-sering beristirahat di jalan, untuk memberikan waktu bagi anak berlari-lari di luar mobil.

Tantrum juga dapat dipicu karena stres akibat tugas-tugas sekolah yang harus dikerjakan anak. Dalam hal ini mendampingi anak pada saat ia mengerjakan tugas-tugas dari sekolah (bukan membuatkan tugas-tugasnya lho!!!) dan mengajarkan hal-hal yang dianggap sulit, akan membantu mengurangi stres pada anak karena beban sekolah tersebut. Mendampingi anak bahkan tidak terbatas pada tugas-tugas sekolah, tapi juga pada permainan-permainan, sebaiknya anak pun didampingi orangtua, sehingga ketika ia mengalami kesulitan orangtua dapat membantu dengan memberikan petunjuk.

Langkah kedua dalam mencegah Tantrum adalah dengan melihat bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah anak terlalu dimanjakan? Apakah orangtua bertindak terlalu melindungi (over protective), dan terlalu suka melarang? Apakah kedua orangtua selalu seia-sekata dalam mengasuh anak? Apakah orangtua menunjukkan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan?

Jika anda merasa terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi dan seringkali melarang anak untuk melakukan aktivitas yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak, jangan heran jika anak akan mudah tantrum jika kemauannya tidak dituruti. Konsistensi dan kesamaan persepsi dalam mengasuh anak juga sangat berperan. Jika ada ketidaksepakatan, orangtua sebaiknya jangan berdebat dan beragumentasi satu sama lain di depan anak, agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman pada anak. Orangtua hendaknya menjaga agar anak selalu melihat bahwa orangtuanya selalu sepakat dan rukun.

Kembali ke atas

Ketika Tantrum Terjadi

Jika Tantrum tidak bisa dicegah dan tetap terjadi, maka beberapa tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua adalah:

1. Memastikan segalanya aman. Jika Tantrum terjadi di muka umum, pindahkan anak ke tempat yang aman untuknya melampiaskan emosi. Selama Tantrum (di rumah maupun di luar rumah), jauhkan anak dari benda-benda, baik benda-benda yang membahayakan dirinya atau justru jika ia yang membahayakan keberadaan benda-benda tersebut. Atau jika selama Tantrum anak jadi menyakiti teman maupun orangtuanya sendiri, jauhkan anak dari temannya tersebut dan jauhkan diri Anda dari si anak.

2. Orangtua harus tetap tenang, berusaha menjaga emosinya sendiri agar tetap tenang. Jaga emosi jangan sampai memukul dan berteriak-teriak marah pada anak.

3. Tidak mengacuhkan Tantrum anak (ignore). Selama Tantrum berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-bujuk, tidak berargumen, tidak memberikan nasihat-nasihat moral agar anak menghentikan Tantrumnya, karena anak toh tidak akan menanggapi/mendengarkan. Usaha menghentikan Tantrum seperti itu malah biasanya seperti menyiram bensin dalam api, anak akan semakin lama Tantrumnya dan meningkat intensitasnya. Yang terbaik adalah membiarkannya. Tantrum justru lebih cepat berakhir jika orangtua tidak berusaha menghentikannnya dengan bujuk rayu atau paksaan.

4. Jika perilaku Tantrum dari menit ke menit malahan bertambah buruk dan tidak selesai-selesai, selama anak tidak memukul-mukul Anda, peluk anak dengan rasa cinta. Tapi jika rasanya tidak bisa memeluk anak dengan cinta (karena Anda sendiri rasanya malu dan jengkel dengan kelakuan anak), minimal Anda duduk atau berdiri berada dekat dengannya. Selama melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau complaint (dengan berkata: "kamu kok begitu sih nak, bikin mama-papa sedih"; "kamu kan sudah besar, jangan seperti anak kecil lagi dong"), kalau ingin mengatakan sesuatu, cukup misalnya dengan mengatakan "mama/papa sayang kamu", "mama ada di sini sampai kamu selesai". Yang penting di sini adalah memastikan bahwa anak merasa aman dan tahu bahwa orangtuanya ada dan tidak menolak (abandon) dia.

Kembali ke atas

Ketika Tantrum Telah Berlalu

Saat Tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya ledakan emosi yang telah terjadi tersebut, janganlah diikuti dengan hukuman, nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran. Juga jangan diberikan hadiah apapun, dan anak tetap tidak boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jika Tantrum terjadi karena menginginkan sesuatu). Dengan tetap tidak memberikan apa yang diinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten dan anak akan belajar bahwa ia tidak bisa memanipulasi orangtuanya.

Berikanlah rasa cinta dan rasa aman Anda kepada anak. Ajak anak, membaca buku atau bermain sepeda bersama. Tunjukkan kepada anak, sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai orangtua Anda tetap mengasihinya.

Setelah Tantrum berakhir, orangtua perlu mengevaluasi mengapa sampai terjadi Tantrum. Apakah benar-benar anak yang berbuat salah atau orangtua yang salah merespon perbuatan/keinginan anak? Atau karena anak merasa lelah, frustrasi, lapar, atau sakit? Berpikir ulang ini perlu, agar orangtua bisa mencegah Tantrum berikutnya.

Jika anak yang dianggap salah, orangtua perlu berpikir untuk mengajarkan kepada anak nilai-nilai atau cara-cara baru agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin mengajar dan memberi nasihat, jangan dilakukan setelah Tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika keadaan sedang tenang dan nyaman bagi orangtua dan anak. Waktu yang tenang dan nyaman adalah ketika Tantrum belum dimulai, bahkan ketika tidak ada tanda-tanda akan terjadi Tantrum. Saat orangtua dan anak sedang gembira, tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar merupakan saat yang ideal.

Kembali ke atas

Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa kalau orangtua memiliki anak yang "sulit" dan mudah menjadi Tantrum, tentu tidak adil jika dikatakan sepenuhnya kesalahan orangtua. Namun harus diakui bahwa orangtualah yang punya peranan untuk membimbing anak dalam mengatur emosinya dan mempermudah kehidupan anak agar Tantrum tidak terus-menerus meletup. Beberapa saran diatas mungkin dapat berguna bagi anda terutama bagi para ibu/ayah muda yang belum memiliki pengalaman mengasuh anak. Selamat membaca, semoga bermanfaat.(jp)


http://www.e-psikologi.com



Tips Untuk Ortu Yang Punya Anak Hiper Aktif

Tips untuk Orangtua yang Memiliki Anak Hiperaktif

Tanggal terbit:
22-10-2003

Topik:
Anak - Murid, Metode dan Cara Mengajar

Tipe Bahan:
Tips

Tulisan ini pernah dimuat di:
e-BinaAnak edisi 149








Menjadi orangtua yang memiliki anak hiperaktif pasti merupakan salah satu tugas yang sangat sulit. Berikut ini beberapa tips yang dapat Anda terapkan dalam usaha menghadapi anak hiperaktif.

  1. Ajarkan disiplin pada anak hiperaktif, agar ia dapat mengatur dirinya dengan baik.
  2. Jangan menghukumnya karena perilaku hiperaktif bukanlah kesalahan anak Anda.
  3. Jangan sekali-kali melabel anak hiperaktif sebagai anak nakal, malas atau bodoh, karena akhirnya ia akan bersikap seperti yang dilabelkan padanya.
  4. Keefektifan terapi berbeda-beda bagi tiap anak. Orangtua harus menentukan terapi yang terbaik bagi anak.
  5. Yang terpenting berikan kasih sayang (bukan memanjakan) pada anak hiperaktif melebihi saudara lainnya. Alasannya, seberapa banyak kasih sayang yang ditumpahkan pada anak hiperaktif, tidak akan pernah bisa penuh.
  6. Dalam mengajari anak Anda yang hiperaktif, jangan bosan untuk terus menerus mengulang hal-hal yang dengan cepat dapat dipelajari dan diingat oleh anak normal.
  7. Di depan anak Anda tersebut, katakanlah pada orang lain kalau dia adalah anak yang baik, dan jangan mengomentari kesalahan- kesalahan yang pernah dilakukannya.
  8. Secara konstan/terus menerus waspadalah terhadap segala tindakannya yang mungkin dapat membahayakan dirinya atau orang lain.
  9. Perbanyak komunikasi dengan anak Anda. Jika pada anak normal kita cenderung berkomunikasi pada saat-saat tertentu, pada anak hiperaktif kita harus berkomunikasi "setiap satu menit sekali".
  10. Salah satu hal tersulit dalam mengatasi anak hiperaktif adalah ketika sedang berada di meja makan dan kita meminta dia makan sendiri. Mungkin dia malah akan memainkan makanannya atau berlari- lari mengelilingi meja makan. Jangan marahi dia! Yang harus Anda lakukan adalah Anda harus menyuapi mereka dengan sabar.

Demikian bebarapa tips yang diharapkan dapat membantu Anda. Menghadapi Anda hiperaktif mungkin tidak semudah teori yang kita baca, tapi dengan kesabaran dan didasarkan rasa kasih kita kepada sang anak, kita pasti bisa melakukannya.

Ibu merokok berisiko dapat anak hiperaktif

Kanak-kanak menghidap sindrom ADHD lebih bertenaga, cepat gelisah serta hilang tumpuan

PERASAAN marah, cemas dan gusar sering membelenggu ibu bapa setiap kali menerima panggilan atau surat daripada pihak sekolah yang mengatakan anak mereka nakal, tidak mendengar ajaran guru malah mendapat keputusan yang lemah di dalam kelas.

Sifat anak yang tidak boleh duduk diam dan asyik bermain kemungkinan disebabkan sejenis sindrom dipanggil hiperaktif (attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).

ADHD biasanya lapan peratus ke 10 peratus dikesan bagi kanak-kanak yang sudah bersekolah. Lelaki adalah tiga kali ganda lebih ramai menghidap ADHD berbanding kanak-kanak perempuan.

Ibu bapa boleh memastikan anak mengalami ADHD jika mereka kelihatan lebih bertenaga daripada biasa, cepat gelisah serta hilang tumpuan.

Pakar Pediatrik Pusat Perubatan Kelana Jaya, Dr Syed Nazir Ms Kadir, berkata kanak-kanak ADHD gemar bertindak sebelum berfikir, terlalu aktif dan sukar menumpukan perhatian terhadap sesuatu tugas.

“Kanak-kanak ini boleh memahami dan berfikir, tetapi tidak mengendahkannya. Sememang lumrah semua kanak-kanak bersikap begini, tetapi bagi ADHD, perangai mereka agak luar biasa nakal daripada kebiasaannya, terutama jika berminat terhadap sesuatu perkara baru.

“Kelemahan bagi kanak-kanak ini ialah mereka sukar bergaul dengan masyarakat serta lemah dalam akademik,” katanya kepada Berita Minggu.

Penghidap ADHD mempunyai fungsi otak yang mengawal aktiviti berbeza daripada normal. Ini membuatkan mereka sering berkelakuan pelik dan kelam kabut.

Pengkaji dan doktor mengatakan ADHD berpunca daripada genetik tetapi tidak diketahui sebab utama yang mampu mengesahkan bagaimana ADHD boleh terjadi kepada manusia.

Dr Syed Nazir berkata, ADHD berlaku apabila ada perubahan kimia yang dipanggil neurotransmitters pada otak manusia. Cairan kimia ini berfungsi menghantar pesanan antara sel saraf ke otak. Bagi individu yang kekurangan kimia ini akan menunjukkan simptom ADHD.

“Ada beberapa pendapat pakar mengatakan saiz otak ADHD lima ke 10 peratus lebih kecil daripada otak normal.

“Beberapa kajian dilakukan dan mendakwa merokok ketika mengandung boleh menyebabkan anak berisiko mendapat ADHD. Selain itu risiko lain ialah kelahiran pra matang, bayi dilahirkan dengan berat badan berkurangan dan kecederaan pada otak ketika di dalam perut ibu,” katanya.

Pelbagai kontroversi mempengaruhi jumlah sebenar kanak-kanak yang menghidapi ADHD. Diagnosis dan perangkaan membuktikan antara tiga hingga lima peratus kanak-kanak menghidap ADHD setiap tahun.

ADHD bukan sejenis penyakit berjangkit, tetapi sindrom seumur hidup bagi mereka yang mengalami situasi kronik.

Apa yang membimbangkan 35 peratus daripada kanak-kanak ADHD lebih bersikap degil, sering membantah dan melanggar peraturan.

Selain itu 18 peratus daripada mereka lalai, tidak puas dengan apa yang ada, tertekan, masalah dalam pelajaran dan bersosial serta hilang rasa hormat terhadap diri sendiri.

Kira-kira 25 peratus lagi kanak-kanak ADHD, cepat risau, takut dan panik, menyebabkan jantung mereka berdegup laju, berpeluh, sakit perut dan cirit birit.

Walaupun ADHD tidak mengkategorikan mereka yang lemah dalam pelajaran, tetapi sindrom ini boleh menyebabkan gangguan terhadap penumpuan ketika sesi pembelajaran. Ini sekali gus boleh menjejaskan prestasi di sekolah.

Rawatan

ADHD tidak boleh diubati tetapi boleh dikawal. Caranya dengan bantuan ibu bapa dan orang sekeliling. Rawatan ADHD juga dikatakan lebih baik dengan gabungan perubatan dan terapi.

Amat penting menetapkan rawatan terapi yang spesifik dan sesuai untuk kanak-kanak ini. Susulan rawatan yang sistematik sangat membantu kembali normal. Segala maklumat perkembangan mereka boleh didapati melalui ibu bapa, guru dan kanak-kanak itu sendiri.

Masalah kanak-kanak yang menghidap ADHD adalah rumit dan memerlukan kesabaran yang tinggi dalam merawat mereka. Perawatan alternatif semakin menjadi perhatian, termasuk makanan tambahan dan herba, manipulasi kiropratik dan perubahan diet.

Walaupun memakan serat dan nutrisi asas lain adalah baik dalam proses merawat ADHD, tidak banyak kajian mengesahkannya. Bagaimanapun tidur yang cukup terbukti dapat membantu mengurangkan simptom ADHD.

“Kanak-kanak ini mungkin diberikan terapi tambahan bergantung kepada simptom dan apa yang diperlukan mereka.

“Ibu bapa perlu selalu berwaspada terhadap setiap tindakan yang boleh membahayakan diri kanak-kanak itu. Beritahu doktor jika ada sebarang perubahan yang berlaku,” katanya.

Senin, 18 Februari 2008

Mengarahkan Anak Hiper Aktif

Ada dua ketakutan kaum ibu menyangkut anaknya, autis dan hiperaktif.
Jika
anaknya terkena autis, ibu akan sangat gugup karena anaknya tak fokus,
cenderung pendiam dan sulit beradaptasi. Jika hiperaktif malah

gelisah karena anaknya susah dikendalikan. Padahal, rata-rata anak autis
dan
hiperaktif punya KECERDASAN yang LUAR BIASA.





Ada dua ketakutan kaum ibu menyangkut anaknya, autis dan hiperaktif.
Jika
anaknya terkena autis, ibu akan sangat gugup karena anaknya tak fokus,
cenderung pendiam dan sulit beradaptasi. Jika hiperaktif malah

gelisah karena anaknya susah dikendalikan. Padahal, rata-rata anak autis
dan
hiperaktif punya KECERDASAN yang LUAR BIASA.



Mengelola anak hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga
kesadaran untuk senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan si anak.

Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal, tak bisa berkosentrasi.

Keinginannya harus segera dipenuhi. Mereka juga kadang impulsif atau
melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Gangguan
perilaku ini biasanya terjadi pada anak usia prasekolah dasar, atau
sebelum
mereka berusia 7 tahun.



Anda cemas dan gugup? Tentu, tapi jangan takut. Kami punya resepnya.



Pertama, PERIKSALAH.

Tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai
hiperaktif.
Karena itu, Anda perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktif.
Yang harus Anda lakukan adalah mengonsultasikan persoalan yang diderita
anaknya kepada ahli terapi psikologi anak. Ini penting karena gangguan
hiperaktivitas bisa berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik anak,
serta
kemampuannya dalam menyerap pelajaran dan bersosialisasi. Tujuannya
untuk
mendapatkan petunjuk dari orang yang tepat tentang apa saja yang bisa
Anda
lakukan di rumah. Selain itu juga berguna untuk menghapus rasa bersalah
dan
memperbaiki sikap Anda

agar tak terlalu menuntut anak secara berlebihan. Di sini biasanya para
ahli
akan memberikan obat yang sesuai atau sebuah terapi.



Kedua, PAHAMILAH.

Untuk bisa menangani anak hiperatif, ada baiknya pula

jika Anda dan anggota keluarga mengikuti support group dan parenting
skill-training. Tujuannya agar bisa lebih memahami sikap dan perilaku
anak,
serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif
(intelektual) maupun fisiologis. Jika si anak merasa bahwa orang tua dan
anggota keluarga lain bisa mengerti keinginannya, perasaannya,
frustasinya,
maka kondisi ini akan meningkatkan kemungkinan anak bisa

tumbuh seperti layaknya orang-orang normal lainnya.



Ketiga, LATIH kefokusannya.

Jangan tekan dia, terima kaeadaan itu. Perlakukan anak dengan hangat dan
sabar, tapi konsisten dan tegas dalam

menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat,
coba
pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajaklah untuk duduk diam.
Mintalah agar anak menatap mata Anda ketika berbicara atau diajak
berbicara.
Berilah arahan dengan nada yang lembuat, tanpa harus membenatk. Arahan
ini
penting sekali untuk melatih anak disiplin dan berkonsentrasi pada satu
pekerjaan. Anda harus konsisten. Jika meminta

dia melakukan sesuatu, jangan berikandia ancaman tapi pengertian, yang
membuatnya tahu kenapa Anda berharap dia melakukan itu.



Keempat, TELATENLAH.

Jika dia telah betah untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk
melatih
koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang
membentuk angka atau huruf. Latihan ini juga bertujuan untuk memperbaiki
cara menulis angka yang tidak baik dan salah. Selanjutnya anak bisa
diberi
latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Latihan ini sangat
berguna
untuk melatih motorik halusnya.

Bisa pula mulai diberikan latihan berhitung dengan berbagai variasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan
penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka dibawah 10. Setelah itu

baru diperkenalkan konsep angka 0 dengan benar.



Jika empat fase di atas telah dapat Anda lewati, bersyukurlah, pasti
keaktifan anak Anda sudah dapat difokuskan untuk perkembangan jiwanya.
Ini
juga akan sangat membantu Anda dalam menjaganya. Dan kini, masukilah
tahap
berikutnya, bagaimana Anda harus bekerjasama dengan dia.



Kelima, BANGKITKAN kepercayaan dirinya.

Jika mampu, ini juga bisa dipelajari, gunakan teknik-teknik pengelolaan
perilaku, seperti menggunakan penguat positif. Misalnya memberikan
pujian
bila anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan
benar,
memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak.
Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.



Di samping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri
dengan bimbingan orang tua. Misalnya, dengan memberikan contoh yang baik
kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orangtua

mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua
sebelumnya.




Dalam tahap ini, usahakan emosi Anda berada di titik stabil, sehingga
dia
tahu, penguat positif itu tidak datang atas kendali amarah. Ingat, anak
hiperaktif rata-rata juga sangat sensitif.



Keenam, KENALI arah minatnya.

Jika dia bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat
baik-baik,
kemana sebenarnya tujuan dari

keaktifan dia. Jangan dilarang semuanya, nanti dia prustasi. Yang paling
penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatiannya secara
dini.



Dengan begitu, Anda bisa memberikan ruang gerak yang cukup bagi
aktivitas
anak untuk menyalurkan kelebihan energinya. Misalnya, mengikutkan anak
pada
klub sepakbola di bawah umur atau berenang, agar anak belajar bergaul
dan
disiplin. Anak juga belajar bersosial karena ia harus mengikuti tatacara
kelompoknya.



Ketujuh, MINTA dia bicara. Ini sangat penting Anda terapkan. Ingat, anak
hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk dengan
dirinya sendiri. Karena itu, bantulah anak dalam bersosialisasi

agar ia mempelajari nilai-nilai apa saja yang dapat diterima
kelompoknya.

Misalnya melakukan aktivitas bersama, sehingga Anda bisa mengajarkan
anak
bagaimana bersosialisasi dengan teman dan lingkungan. Ini memang butuh
kesabaran dan kelembutan.



Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi si kecil memang butuh waktu.
Terlebih dulu ia harus dilengkapi dengan sikap menghargai, tenggang
rasa,
saling memahami, dan berempati, ujar Susan Barron, Ph.D,

Direktur Pusat Perkembangan dan Pembelajaran Mount Sinai Medical Center
di
New York dalam salah satu artikelnya di majalah Child.



Terakhir, SIAP bahu-membahu. Jika dia telah mampu mengungkapkan
pikirannya,
Anda dapat segera membantunya mewujudkan apa yang dia inginkan. Jangan
ragu.
Bila perlu, bekerja samalah dengan guru di sekolah agar guru memahami
kondisi anak yang sebenarnya. Mintalah guru tak perlu membentak,
menganggap
anak nakal, atau mengucilkan, karena akan

berdampak lebih buruk bagi kesehatan mentalnya. Kerjasama ini juga
penting
karena anak sulit berkosentrasi dan menyerap pelajaran dengan baik.
Dibutuhkan kesabaran dan bimbingan dari guru bagi anak hiperaktif.



Nah, itulah dasar-dasar pengelolaan jika anak Anda mengidap hiperaktif.
Dia
tak berbahaya, hanya butuh SENTUHAN dan PERHATIAN LEBIH. Jika itu dia
dapatkan, anak Anda akan berubah jadi JENIUS yang bukan tak mungkin,
akan
mengubah dunia. (CN02)

(sumber: CyberNews Suara Merdeka)

Beberapa pendapat tentang Musik untuk terapi

Sekedar sharing....
Dan ingin masukan barangkali ada rekan2 yang sudah mempraktekkannya.

Hari Sabtu kemaren kebetulan saya ikut seminat "Meningkatkan Potensi Anak dengan Terapi Musik & Tari" dengan pembicara Jenny Crosswhite dari Fredofios Yogya.

Secara singkat, disini dance therapy ditujukan bukan secara estetik / segi keindahannya, jadi si anak bukannya diharapkan untuk bisa menari dengan bagus. Tapi justru ditekankan penggunaan media 'gerakan tari' ini untuk menstimulasi anak.

Dijelaskan pula tentang "movement analysis" dimana dalam teorinya setiap gerakan bisa diliat dari 3 karakteristik (heavy-light, direct-indirect, spontan-sustain), dan diberikan contoh2nya. Misal : "floating" = gerak bulu yang dijatuhkan - sifatnya ringan, indirect, sustain. Movement analaysis ini digunakan utk assesment & sekaligus penyusunan program terapi. Dijelaskan pula mengenai penggunaan alat2 sebagai media bantu (bola, kain parasut, hola hoop) sekaligus juga memberi stimulasi
sensori terutama visual ke anak.

Yang saya liat secara pribadi, movement analysis ini bisa banget untuk analisa profil postural (OT/SI ?) dan kualitas gerakan, muscle tone dsb. Terus terang banyak ide yang saya dapat untuk dapat diterapkan sebagai variasi dalam session terapi OT/SI, sekaligus bisa memperoleh tujuan untuk terapi relationship based macam RDI & Floortime (eg. kontak mata & sharing excitement)

Sedangkan dalam sesi ttg Music Therapy, ditekankan bahwa melalui musik kita
bisa "berkomunikasi" antara klien-terapis. Sekali lagi tidak ditekankan dari segi estetikanya, tapi lebih pada 'join attention' dan 'collaborative/coordinative action' antara anak-terapis. Dari contoh2 video klip ditunjukkan bahwa antara anak-terapis bisa membangun irama musik yang sejalan, misal anak memukul drum dg irama cepat bersamaan dg terapis memainkan musik di piano dg irama cepat ; anak ikut berhenti bila terapis menghentikan musik, dsb

Sekali lagi ide yang saya dapat, terutama juga untuk pengembangan komunikasi
non-verbal, seperti juga yang ditekankan dlm terapi RDI. Dalam format lain, ada juga music therapy yang menggunakan pre-recorded musik, yang ini rasanya lebih seperti basic idea pada terapi AIT, Samonas, Therapeutic Listening yg lain (pak Taufiq pernah sharing ttg hal ini).

Sekian sharing singkatnya.....
Mohon masukan dari rekan2, apakah ada yang sudah mempraktekkan, ataupun mungkin ikut dalam terapi ini di Frefodios (halo bu Deean ?)
Atau tips2 dan ulasan2 dari segi OT/SI (please....pak Taufiq ? pak Budi ?) sehingga kita bisa mengambil manfaat yang terbaik ?

salam,
Ir

----- Original Message -----
From: HPU
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Bu Ira , terima kasih banyak atas sharingnya.
Akan saya teruskan apa yang telah saya lakukan selama ini. Meskipun musiknya hanya melalui mulut dan gerakannya hanya loncat2 saja, tapi yang saya tangkap Dimas sudah bisa mengikuti perintah kalo irama mulut saya ngucapin suatu nada untuk perintah duduk, Dia pasti duduk. Yang saya lakukan seperti ini Bu Ira lagunya : tak .. tung..dang..dut..sampai 3 kali , sementara gerakan Dimas loncat-loncat terus. Setelah itu, tak ..tung..dang..dut..dut.dut.dut.dut.dut pas di dut terakhir Dimas langsung duduk. Saya perhatikan pada saat dut yang berurutan dia loncatnya makin cepat dan ngotot banget.
Apa yang seperti itu termasuk dalam gerakan terapi Bu Ira?
Mohon penjelasannya.

Salam,
Har ( Bapake Dimas autis 5 tahun )

----- Original Message -----
From: AP/IP
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Pak Har,

Makasihnya sama2 pak...
Wong saya belum bisa beneran kok pak, cuma sekedar menyampaikan apa yang saya dapat di seminar. Banyak yang lebih ahli di milis ini kok...

Rasanya sih dalam bentuk sederhana yang pak Har lakukan sama Dimas udah mirip2 yang dicontohkan dalam seminar. Saya tulis di bawah aja contoh2 yg ditunjukkan waktu seminar di email terpisah ya.

Musik latar justru satu hal yang bisa jadi kekuatan (menyediakan struktur, stimulasi emosi & memori, motivasi) tapi bisa juga jadi titik lemah kalo kita jadi tergantung sama musik, dan kadang musik rekaman tidak bisa fleksibel mengikuti sitkon waktu kita bermain. --- ini yang saya copy juga dari seminar lho ---

Kalo menurut saya pribadi (awam lho, jangan dipikirin banget ya), pak Har mungkin bisa menambahkan variasi di musik mulutnya....jadi tidak terjadi rutinitas dimana Dimas sudah siap duduk setelah 3x pak Har nyanyiin "tak tung dang dut" nya
(dengan catatan Dimas sudah paham pada waktu dut dut dut berulang dia harus
duduk) Misal dengan nambah dari 3x jadi 4x atau justru mengurangi, atau dengan
bunyi yang dipanjangin (tak tak tak tung dang dut, dsb), variasi "pace" atau iramanya (lambat / cepat) dsb. Atau lain kali gunakan bunyi lain (peluit, kerincingan, drum) sebagai tanda kalo dia harus duduk dsb. Lihat apakah dengan memasukkan variasi, Dimas tetep bisa ngikutin.

Variasi ini untuk menghindari kebosanan, tapi juga sekaligus memberikan 'tantangan' bagi Dimas. Perlu diingat untuk memberikan 'level of challenge' yang tepat, nggak terlalu tinggi sehingga membuat frustasi, tidak terlalu rendah untuk jadi membosankan juga.

semoga membantu,
Ir

----- Original Message -----
From: NN
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Sekedar sharing pengalaman kami..

Setelah YK kami terapi sendiri di rumah dengan vcd / dvd lagu dan senam anak2 Indonesia, mengalami perkembangan yang bagus baik vocal maupun gerakan nya.
Untuk perkembangan vocal nya, tidak terlalu cadel lagi, sudah bisa mengucapkan S dan R (R nya yg kadang belum jelas). Untuk perkembangan gerakan nya sudah cukup baik walaupun masih agak kaku, belum bisa lemah gemulai (mungkin cowok kali ya??), goyang Inul dan joget dangdut sudah bisa, belajar hola hoop yg agak sulit bagi YK karena rotan nya sering terjatuh. Dulu setiap hari pengasuh nya setelkan disc lagu lalu nyanyi karaoke & menari bersama atau setelkan disc senam lalu senam bersama. Sekarang YK yg pilih disc dan setel sendiri mau nyanyi atau senam mengikuti video klip, terserah dia mau pilih yang mana.

Demikian sharing saya.

Salam // NT
(mami Yakobus Kristian, autis verbal 8thn)

----- Original Message -----
From: DO
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Wah, maaf saya baru buka email hari ini. Tentang seminar fredofios saya malah ga tau. Biasanya sih mereka telp untuk pemberitahuan. Padahal kalo tau saya juga engen ikut biar nambah wawasan. Jadi apalagi mempraktekannya,..hehe,..ya belum.

Saat ini yg di ajarkan terapis anak saya di rumah adalah bertepuk tangan mengikuti irama nyanyian si terapis. misalnya lagu happy b'day, cicak2 di dinding. kalo lagi konsen dia bisa. tapi kalo matanya mulai kemana2 ya suka ngawur jadinya.

salam
dee

----- Original Message -----
From: Taufiq Hidayat
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Ibu Ira

Di klinik saat saya menerapkan samonas dikombinasikan dengan SI dan table
top (prewriting skill). bisa menggunakan loud speaker atau heaphone (jika sudah masuk pada protocol terapi).

Musik memiliki pengaruh terhadap kondisi sensori-motorik dan psikososial pada seseorang yang mendengarkan. dan ini bersifat individual. ex. Musik mozart and the contemporaries (seri 08 pada samonas) dapat berguna jika diberikan pada anak dengan SN pada level fungsional yang medium. dan efeknya beragam pada beberapa anak. pada anak yag hiper aktif memiliki efek organizing, menjadikan aktifitas yang dilakukan menjadi lebih terstruktur, ada yang lebih aware terhadap lingkungan dan orang sekitarnya dan pada proses akademik di sekolah dan rumah. pada anak cenderung hipoaktif musik ini dapat memberikan ebergi eksternal dengan meningkatkan level arousalnya yang juga mempengaruhi performancenya pada
aktifitas keseharian dll

Jika terapi ini di gabung dengan SI sang anak tidak hanya berperan secara pasif saat mendengarkan namun juga secara aktif saat ia menggunakan aktifitas di ruang SI. terutama gerakan yang melibatkan kedua sisi anggota tubuh secara sinergis. ex. saat berakfititas dengan hammock (tempat tidur gantung) sang anak mengunakan salah satu tangannya untuk mengayun tubuh dan yang satunya lagi digunakan untuk menyusun puzzle atau media lain yang berada agak jauh didepan agar sang anak perlu mengayun.

salam

taufiq

----- Original Message -----
From: AP/IP
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Pak Taufiq,

Makasih penjelasannya....
(he3x, seneng juga deh, berhasil 'mengusik' & memancing pak Taufik untuk keluar, sharing my OT-nya ditunggu lho pak)

Yang saya lakukan sekarang ini sebenarnya music therapy yang lebih mirip2 dengan Samonas pak Taufiq itu. Sejauh ini masih selalu pake headphone, CD Therapeutic Listening (Mozart, MORE Mozart, EASe dll), kalo pas di rumah ya sekalian bisa terapi SI yang 'duduk manis' kayak main biji2an, foam, bubble gitu. Tapi sayangnya kebanyakan harus dilakukan sambil perjalanan ke sekolah, ya paling kalo kepegang bisa lakukan tissue release dikit2

Dan memang hasilnya luar biasa.....
Dalam artian, kombinasi musik yang tepat akan mempengaruhi hiperaktifitas /
hipoaktifitas anak, arousal level dsb seperti yang pak Taufiq bilang. Bahkan rasanya, anak saya udah 'tau' sendiri.... kalo lagi high arousal, pasti minta music CDnya yang untuk regulate & calming down.

Saya mau coba yang pak Taufiq sarankan untuk kombinasi musik + aktivitas SI
yang pake suspended equipment gitu deh. Berarti musiknya over speaker ya pak ? Gak usah pake yang therapeutic tapi pake musik umum aja boleh kan ?

Tapi yang di seminar itu agak beda juga sih....
Lebih mirip dengan posting bu Eve yang kemarin. Jadi lebih ke MEMAINKAN ALAT MUSIK dibanding ke MENDENGARKAN MUSIK. Yang ini belum berhasil bo...

Minggu lalu saya coba trial assessment untuk belajar piano program IBA, hasilnya masih amburadul (nurut saya sih, walau nurut gurunya Aga ada ketertarikan untuk main, harus engage dulu bbrp waktu & harus /bisa dicoba lagi sebenarnya)
Pianonya dipencet2 seenak2nya, disuruh tangannya wipe tuts seperti membelai gitu malah dipukul2 (sambil mulutnya bunyi jreng-4x kayak music awalnya Bethoven itu lho, gara2 liat Mr.Bean nih), mungkin maunya sekali pegang langsung bisa main musik kali ya So, sementara music program yang ini on hold dulu deh, liat perkembangan. Jadwal Aga juga penuh banget, gak tega untuk nambahin hal baru lagi

salam,
Ir

----- Original Message -----
From: TH
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Ibu Ir,

He.he.he masak dipancing bu, jadi ikan donk saya nantinya.. :-))

Bicara tentang headphone, jenis yang ibu pakai seperti apa ya? yang saya pakai sennheiser HD500A, yang mampu mentransmisikan frekuansi hingga 38.000Hz yang lebih tinggi dari headphone lain pada umumnya.

Wow... ibu sudah bisa melakukan pemilihan musik yang tepat bagi Aga :-)),
Bravo...

Menggunakan loud speaker memberikan element space terutama jika ada beberapa speaker yang ditempatkan didalam ruang SI bu. selain itu melakukan pemilihan musik yang sesuai juga menjadi pertimbangan. jika ibu juga menggunakan amplifier, coba posisikan tuning bassnya diposisi yang normal atau jika bisa seminimal mungkin tapi dengan pertimbangan tidak mengurangi kualitas suara musiknya.

Jika teman milis ada yang mau mempelajari samonas secara online bisa membuka
di http://www.samonas.com/campus/f_campus.htm.

salam
taufiq

----- Original Message -----
From: AP/IP
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Pak Taufik,

Makasih info & link-nya,
Bukan nya ikan sih... abisnya belakangan jarang muncul dengan sharing nya sih

Untuk headphone memang pake senheiser HD500 itu pak, he3x... pikir2 enak juga ya kalo CD music-nya bisa re-sale or tuker2an kalo programnya udah 'lewat'... mahal banget sih

Nanya lagi, untuk speaker di ruangan, harus beberapa biji gitu ya ?
nggak boleh cuma pake tape compo gitu aja ?
musiknya kalo nggak pake therapeutic pake yang umum aja nggak apa2 kan ya ?
kadang kalo saya ikut ndengerin yang therapeutic gitu saya-nya yang ikut pusing soalnya smile

salam,
Ir

----- Original Message -----
From: Taufiq Hidayat
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Ibu Ir,

He.he siap bu... belakangan ini memang waktu saya untuk surfing memang agak
terbatas bu, dulu saya bisa pakai di komp rumah dikoneksikan lewat hp, tapi karena kadang pulangnya malam jadi ngga kuat lama-lama. tapi sudah dapet strategi yang jitu, selum pulang ke warnet dulu, baca terus nulis balesannya dirumah lalu kirim.

Iya bu mahal.. 2 tahun lalu saya beli S$255, ngga tau sekarang berapa? Untuk cd yang telah ibu pakai saat ini sudah jenis apa saja? memang tidak bisa di resale lagi, namun ibu tentu sudah tau tujuan dari tiap cd tersebut yang nantinya bisa digunakan kembali saat masalah tertentu muncul kembali, atau pada tingkat program tertentu cd tersebut dikombinasikan dengan cd lain, jadi tidak sepenuhnya tidak terpakai.

Menggunakan tape compo juga bisa bu Ira, namun untuk lebih bisa maksimal bisa dengan penambahan speaker, penempatannya juga diperhatikan ya bu, ex. jika ditaruh cukup tinggi arahkan speakernya agak ke bawah. he.he.he untuk mendengarkan cd tersebut perlu assesment bu, karena bersifat individual, bagi Aga mungkin sesuai namun ke ibu belum tentu. ada teman saya yang juga OT mendengarkan salah satu cd melebihi listening time yang saya recommend, ketika itu ia ingin tetap alert selama berada di klinik, namun karena pemakaian yang berlebih ia tetap alert bahkan sampai pagi harinya :-)).

Pada cd samonas ada tingkatan berdasarkan spectal activationnya, CQ (classic
quality), HS (healing sound), SE (sound energy), ST 1 & 2 (sound therapy).
Untuk loud speaker mungkin baknya menggunakan yang CQ.

salam
taufiq

Beberapa pendapat tentang Musik untuk terapi

Sekedar sharing....
Dan ingin masukan barangkali ada rekan2 yang sudah mempraktekkannya.

Hari Sabtu kemaren kebetulan saya ikut seminat "Meningkatkan Potensi Anak dengan Terapi Musik & Tari" dengan pembicara Jenny Crosswhite dari Fredofios Yogya.

Secara singkat, disini dance therapy ditujukan bukan secara estetik / segi keindahannya, jadi si anak bukannya diharapkan untuk bisa menari dengan bagus. Tapi justru ditekankan penggunaan media 'gerakan tari' ini untuk menstimulasi anak.

Dijelaskan pula tentang "movement analysis" dimana dalam teorinya setiap gerakan bisa diliat dari 3 karakteristik (heavy-light, direct-indirect, spontan-sustain), dan diberikan contoh2nya. Misal : "floating" = gerak bulu yang dijatuhkan - sifatnya ringan, indirect, sustain. Movement analaysis ini digunakan utk assesment & sekaligus penyusunan program terapi. Dijelaskan pula mengenai penggunaan alat2 sebagai media bantu (bola, kain parasut, hola hoop) sekaligus juga memberi stimulasi
sensori terutama visual ke anak.

Yang saya liat secara pribadi, movement analysis ini bisa banget untuk analisa profil postural (OT/SI ?) dan kualitas gerakan, muscle tone dsb. Terus terang banyak ide yang saya dapat untuk dapat diterapkan sebagai variasi dalam session terapi OT/SI, sekaligus bisa memperoleh tujuan untuk terapi relationship based macam RDI & Floortime (eg. kontak mata & sharing excitement)

Sedangkan dalam sesi ttg Music Therapy, ditekankan bahwa melalui musik kita
bisa "berkomunikasi" antara klien-terapis. Sekali lagi tidak ditekankan dari segi estetikanya, tapi lebih pada 'join attention' dan 'collaborative/coordinative action' antara anak-terapis. Dari contoh2 video klip ditunjukkan bahwa antara anak-terapis bisa membangun irama musik yang sejalan, misal anak memukul drum dg irama cepat bersamaan dg terapis memainkan musik di piano dg irama cepat ; anak ikut berhenti bila terapis menghentikan musik, dsb

Sekali lagi ide yang saya dapat, terutama juga untuk pengembangan komunikasi
non-verbal, seperti juga yang ditekankan dlm terapi RDI. Dalam format lain, ada juga music therapy yang menggunakan pre-recorded musik, yang ini rasanya lebih seperti basic idea pada terapi AIT, Samonas, Therapeutic Listening yg lain (pak Taufiq pernah sharing ttg hal ini).

Sekian sharing singkatnya.....
Mohon masukan dari rekan2, apakah ada yang sudah mempraktekkan, ataupun mungkin ikut dalam terapi ini di Frefodios (halo bu Deean ?)
Atau tips2 dan ulasan2 dari segi OT/SI (please....pak Taufiq ? pak Budi ?) sehingga kita bisa mengambil manfaat yang terbaik ?

salam,
Ir

----- Original Message -----
From: HPU
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Bu Ira , terima kasih banyak atas sharingnya.
Akan saya teruskan apa yang telah saya lakukan selama ini. Meskipun musiknya hanya melalui mulut dan gerakannya hanya loncat2 saja, tapi yang saya tangkap Dimas sudah bisa mengikuti perintah kalo irama mulut saya ngucapin suatu nada untuk perintah duduk, Dia pasti duduk. Yang saya lakukan seperti ini Bu Ira lagunya : tak .. tung..dang..dut..sampai 3 kali , sementara gerakan Dimas loncat-loncat terus. Setelah itu, tak ..tung..dang..dut..dut.dut.dut.dut.dut pas di dut terakhir Dimas langsung duduk. Saya perhatikan pada saat dut yang berurutan dia loncatnya makin cepat dan ngotot banget.
Apa yang seperti itu termasuk dalam gerakan terapi Bu Ira?
Mohon penjelasannya.

Salam,
Har ( Bapake Dimas autis 5 tahun )

----- Original Message -----
From: AP/IP
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Pak Har,

Makasihnya sama2 pak...
Wong saya belum bisa beneran kok pak, cuma sekedar menyampaikan apa yang saya dapat di seminar. Banyak yang lebih ahli di milis ini kok...

Rasanya sih dalam bentuk sederhana yang pak Har lakukan sama Dimas udah mirip2 yang dicontohkan dalam seminar. Saya tulis di bawah aja contoh2 yg ditunjukkan waktu seminar di email terpisah ya.

Musik latar justru satu hal yang bisa jadi kekuatan (menyediakan struktur, stimulasi emosi & memori, motivasi) tapi bisa juga jadi titik lemah kalo kita jadi tergantung sama musik, dan kadang musik rekaman tidak bisa fleksibel mengikuti sitkon waktu kita bermain. --- ini yang saya copy juga dari seminar lho ---

Kalo menurut saya pribadi (awam lho, jangan dipikirin banget ya), pak Har mungkin bisa menambahkan variasi di musik mulutnya....jadi tidak terjadi rutinitas dimana Dimas sudah siap duduk setelah 3x pak Har nyanyiin "tak tung dang dut" nya
(dengan catatan Dimas sudah paham pada waktu dut dut dut berulang dia harus
duduk) Misal dengan nambah dari 3x jadi 4x atau justru mengurangi, atau dengan
bunyi yang dipanjangin (tak tak tak tung dang dut, dsb), variasi "pace" atau iramanya (lambat / cepat) dsb. Atau lain kali gunakan bunyi lain (peluit, kerincingan, drum) sebagai tanda kalo dia harus duduk dsb. Lihat apakah dengan memasukkan variasi, Dimas tetep bisa ngikutin.

Variasi ini untuk menghindari kebosanan, tapi juga sekaligus memberikan 'tantangan' bagi Dimas. Perlu diingat untuk memberikan 'level of challenge' yang tepat, nggak terlalu tinggi sehingga membuat frustasi, tidak terlalu rendah untuk jadi membosankan juga.

semoga membantu,
Ir

----- Original Message -----
From: NN
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Sekedar sharing pengalaman kami..

Setelah YK kami terapi sendiri di rumah dengan vcd / dvd lagu dan senam anak2 Indonesia, mengalami perkembangan yang bagus baik vocal maupun gerakan nya.
Untuk perkembangan vocal nya, tidak terlalu cadel lagi, sudah bisa mengucapkan S dan R (R nya yg kadang belum jelas). Untuk perkembangan gerakan nya sudah cukup baik walaupun masih agak kaku, belum bisa lemah gemulai (mungkin cowok kali ya??), goyang Inul dan joget dangdut sudah bisa, belajar hola hoop yg agak sulit bagi YK karena rotan nya sering terjatuh. Dulu setiap hari pengasuh nya setelkan disc lagu lalu nyanyi karaoke & menari bersama atau setelkan disc senam lalu senam bersama. Sekarang YK yg pilih disc dan setel sendiri mau nyanyi atau senam mengikuti video klip, terserah dia mau pilih yang mana.

Demikian sharing saya.

Salam // NT
(mami Yakobus Kristian, autis verbal 8thn)

----- Original Message -----
From: DO
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Wah, maaf saya baru buka email hari ini. Tentang seminar fredofios saya malah ga tau. Biasanya sih mereka telp untuk pemberitahuan. Padahal kalo tau saya juga engen ikut biar nambah wawasan. Jadi apalagi mempraktekannya,..hehe,..ya belum.

Saat ini yg di ajarkan terapis anak saya di rumah adalah bertepuk tangan mengikuti irama nyanyian si terapis. misalnya lagu happy b'day, cicak2 di dinding. kalo lagi konsen dia bisa. tapi kalo matanya mulai kemana2 ya suka ngawur jadinya.

salam
dee

----- Original Message -----
From: Taufiq Hidayat
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Ibu Ira

Di klinik saat saya menerapkan samonas dikombinasikan dengan SI dan table
top (prewriting skill). bisa menggunakan loud speaker atau heaphone (jika sudah masuk pada protocol terapi).

Musik memiliki pengaruh terhadap kondisi sensori-motorik dan psikososial pada seseorang yang mendengarkan. dan ini bersifat individual. ex. Musik mozart and the contemporaries (seri 08 pada samonas) dapat berguna jika diberikan pada anak dengan SN pada level fungsional yang medium. dan efeknya beragam pada beberapa anak. pada anak yag hiper aktif memiliki efek organizing, menjadikan aktifitas yang dilakukan menjadi lebih terstruktur, ada yang lebih aware terhadap lingkungan dan orang sekitarnya dan pada proses akademik di sekolah dan rumah. pada anak cenderung hipoaktif musik ini dapat memberikan ebergi eksternal dengan meningkatkan level arousalnya yang juga mempengaruhi performancenya pada
aktifitas keseharian dll

Jika terapi ini di gabung dengan SI sang anak tidak hanya berperan secara pasif saat mendengarkan namun juga secara aktif saat ia menggunakan aktifitas di ruang SI. terutama gerakan yang melibatkan kedua sisi anggota tubuh secara sinergis. ex. saat berakfititas dengan hammock (tempat tidur gantung) sang anak mengunakan salah satu tangannya untuk mengayun tubuh dan yang satunya lagi digunakan untuk menyusun puzzle atau media lain yang berada agak jauh didepan agar sang anak perlu mengayun.

salam

taufiq

----- Original Message -----
From: AP/IP
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Pak Taufiq,

Makasih penjelasannya....
(he3x, seneng juga deh, berhasil 'mengusik' & memancing pak Taufik untuk keluar, sharing my OT-nya ditunggu lho pak)

Yang saya lakukan sekarang ini sebenarnya music therapy yang lebih mirip2 dengan Samonas pak Taufiq itu. Sejauh ini masih selalu pake headphone, CD Therapeutic Listening (Mozart, MORE Mozart, EASe dll), kalo pas di rumah ya sekalian bisa terapi SI yang 'duduk manis' kayak main biji2an, foam, bubble gitu. Tapi sayangnya kebanyakan harus dilakukan sambil perjalanan ke sekolah, ya paling kalo kepegang bisa lakukan tissue release dikit2

Dan memang hasilnya luar biasa.....
Dalam artian, kombinasi musik yang tepat akan mempengaruhi hiperaktifitas /
hipoaktifitas anak, arousal level dsb seperti yang pak Taufiq bilang. Bahkan rasanya, anak saya udah 'tau' sendiri.... kalo lagi high arousal, pasti minta music CDnya yang untuk regulate & calming down.

Saya mau coba yang pak Taufiq sarankan untuk kombinasi musik + aktivitas SI
yang pake suspended equipment gitu deh. Berarti musiknya over speaker ya pak ? Gak usah pake yang therapeutic tapi pake musik umum aja boleh kan ?

Tapi yang di seminar itu agak beda juga sih....
Lebih mirip dengan posting bu Eve yang kemarin. Jadi lebih ke MEMAINKAN ALAT MUSIK dibanding ke MENDENGARKAN MUSIK. Yang ini belum berhasil bo...

Minggu lalu saya coba trial assessment untuk belajar piano program IBA, hasilnya masih amburadul (nurut saya sih, walau nurut gurunya Aga ada ketertarikan untuk main, harus engage dulu bbrp waktu & harus /bisa dicoba lagi sebenarnya)
Pianonya dipencet2 seenak2nya, disuruh tangannya wipe tuts seperti membelai gitu malah dipukul2 (sambil mulutnya bunyi jreng-4x kayak music awalnya Bethoven itu lho, gara2 liat Mr.Bean nih), mungkin maunya sekali pegang langsung bisa main musik kali ya So, sementara music program yang ini on hold dulu deh, liat perkembangan. Jadwal Aga juga penuh banget, gak tega untuk nambahin hal baru lagi

salam,
Ir

----- Original Message -----
From: TH
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Ibu Ir,

He.he.he masak dipancing bu, jadi ikan donk saya nantinya.. :-))

Bicara tentang headphone, jenis yang ibu pakai seperti apa ya? yang saya pakai sennheiser HD500A, yang mampu mentransmisikan frekuansi hingga 38.000Hz yang lebih tinggi dari headphone lain pada umumnya.

Wow... ibu sudah bisa melakukan pemilihan musik yang tepat bagi Aga :-)),
Bravo...

Menggunakan loud speaker memberikan element space terutama jika ada beberapa speaker yang ditempatkan didalam ruang SI bu. selain itu melakukan pemilihan musik yang sesuai juga menjadi pertimbangan. jika ibu juga menggunakan amplifier, coba posisikan tuning bassnya diposisi yang normal atau jika bisa seminimal mungkin tapi dengan pertimbangan tidak mengurangi kualitas suara musiknya.

Jika teman milis ada yang mau mempelajari samonas secara online bisa membuka
di http://www.samonas.com/campus/f_campus.htm.

salam
taufiq

----- Original Message -----
From: AP/IP
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Pak Taufik,

Makasih info & link-nya,
Bukan nya ikan sih... abisnya belakangan jarang muncul dengan sharing nya sih

Untuk headphone memang pake senheiser HD500 itu pak, he3x... pikir2 enak juga ya kalo CD music-nya bisa re-sale or tuker2an kalo programnya udah 'lewat'... mahal banget sih

Nanya lagi, untuk speaker di ruangan, harus beberapa biji gitu ya ?
nggak boleh cuma pake tape compo gitu aja ?
musiknya kalo nggak pake therapeutic pake yang umum aja nggak apa2 kan ya ?
kadang kalo saya ikut ndengerin yang therapeutic gitu saya-nya yang ikut pusing soalnya smile

salam,
Ir

----- Original Message -----
From: Taufiq Hidayat
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Re: Music & Dance Therapy

Ibu Ir,

He.he siap bu... belakangan ini memang waktu saya untuk surfing memang agak
terbatas bu, dulu saya bisa pakai di komp rumah dikoneksikan lewat hp, tapi karena kadang pulangnya malam jadi ngga kuat lama-lama. tapi sudah dapet strategi yang jitu, selum pulang ke warnet dulu, baca terus nulis balesannya dirumah lalu kirim.

Iya bu mahal.. 2 tahun lalu saya beli S$255, ngga tau sekarang berapa? Untuk cd yang telah ibu pakai saat ini sudah jenis apa saja? memang tidak bisa di resale lagi, namun ibu tentu sudah tau tujuan dari tiap cd tersebut yang nantinya bisa digunakan kembali saat masalah tertentu muncul kembali, atau pada tingkat program tertentu cd tersebut dikombinasikan dengan cd lain, jadi tidak sepenuhnya tidak terpakai.

Menggunakan tape compo juga bisa bu Ira, namun untuk lebih bisa maksimal bisa dengan penambahan speaker, penempatannya juga diperhatikan ya bu, ex. jika ditaruh cukup tinggi arahkan speakernya agak ke bawah. he.he.he untuk mendengarkan cd tersebut perlu assesment bu, karena bersifat individual, bagi Aga mungkin sesuai namun ke ibu belum tentu. ada teman saya yang juga OT mendengarkan salah satu cd melebihi listening time yang saya recommend, ketika itu ia ingin tetap alert selama berada di klinik, namun karena pemakaian yang berlebih ia tetap alert bahkan sampai pagi harinya :-)).

Pada cd samonas ada tingkatan berdasarkan spectal activationnya, CQ (classic
quality), HS (healing sound), SE (sound energy), ST 1 & 2 (sound therapy).
Untuk loud speaker mungkin baknya menggunakan yang CQ.

salam
taufiq