Senin, 18 Februari 2008

Pengalaman Menghentikan Dot Tanpa Penolakan

Oleh: Taufan Surana

Bagi kita yang sudah mengalami, menghentikan anak
menggunakan dot (seperti halnya juga menghentikan ASI)
menjadi saat-saat yang penuh 'perjuangan'. Perasaan
antara 'harus tega' dan 'kasihan' menjadi satu begitu
melihat anak menangis tersedu-sedu hanya karena tidak
boleh lagi minum pakai dot.

Jika anda sudah membaca ebook saya ''3 Tahun Pertama yg Menentukan'' (http://ebook.balitacerdas.com),
tindakan yg akan sangat memudahkan kita dalam
mengajarkan disiplin kepada anak, atau meminta anak
menuruti apa yg kita inginkan, adalah dengan
menerapkan SIGNAL AWAL.

Sekitar 2 minggu yang lalu, ketika anak ke-3
saya (Fuka) tepat menginjak usia 2 tahun 8 bulan,
kami memutuskan untuk menghentikan Fuka minum pakai
dot, dan BERHASIL dengan sangat memuaskan, tanpa ada
penolakan dari Fuka, tanpa ada tangisan tersedu-sedu
di malam hari.

Kali ini, penerapan signal awal kami terapkan kepada
Fuka dalam waktu beberapa minggu sebelum Hari-H
penghentian dot.

Caranya ?

Beberapa minggu sebelumnya, di setiap kesempatan yg
memungkinkan saya dan istri sering mengatakan bahwa
Fuka sudah besar, sambil pura-pura membandingkan
tinggi badan Fuka yang sudah menjadi lebih tinggi.

Misalnya, ''Kemarin Adek Bayi (note: Fuka memanggil
dirinya sendiri dengan sebutan Adek Bayi) tingginya
segini (sambil menunjuk leher), sekarang sudah nambah
tinggi jadi segini (sambil menunjuk kepalanya).
Adek Bayi sudah besar ya...''.

Kebetulan ada keponakan yg umurnya baru 1 tahun,
namanya Naufal, kami 'manfaatkan' untuk membandingkan
lebih lanjut. Kami sering mengatakan kepada Fuka,
''Adek Naufal masih kecil banget ya.., makanya sukanya
minum pakai dot''. Biasanya Fuka akan mengatakan,
''Dot Adek Bayi dikasihkan ke Adek Naufal aja ya..
'kan Adek Bayi sudah besar''. Kemudian kami merespons,
''Iya ya.. nanti kapan-kapan kita kasih ke Adek Naufal aja ya..''.

Dengan melakukan hal diatas beberapa waktu, Fuka mulai
'terkondisikan' bahwa dia sudah besar, dan sudah tidak
perlu lagi minum memakai dot.

Pada saat Hari-H tiba, sebelum saya berangkat ke kantor
suasana pagi kami buat cukup menyenangkan, kemudian
istri saya mengatakan kepada Fuka,''Mulai hari ini Adek
Bayi tidak minum pakai dot lagi. Botol dotnya enaknya
digimanain ya?''.

Pertanyaan diatas sengaja dilakukan supaya apa yang
akan dilakukan menjadi keputusan dari Fuka sendiri
dan bukan paksaan dari orang lain.

Karena sudah terkondisikan, Fuka menjawab,''Botol yang
kecil dibuang aja, yang besar dikasihkan ke Adek Naufal''.

Kemudian istri saya mengambil plastik sampah,''Yang
kecil dibuang disini, yang besar dimasukkan ke tas Ayah,
nanti sama Ayah dikasihkan ke Adek Naufal''.

Kemudian Fuka diminta membuang sendiri tas plastik
sampahnya, dan memasukkan sendiri botol dot besarnya
ke dalam tas saya.

Sampai disini proses berjalan sangat lancar. Saya
berangkat ke kantor, dan Fuka sudah sadar bahwa dia
tidak punya botol dot lagi.

Beberapa jam setelah tiba di kantor, istri saya
telephone menyampaikan kalau Fuka agak rewel tidak
mau minum susu karena tidak pakai dot. Di telephone
saya tegaskan kepada Fuka, ''Tadi pagi 'kan dot
kecilnya sudah dibuang sama Adek Bayi sendiri.
Yang besar sudah Ayah kasihkan ke Adek Naufal.
Jadinya Adek Bayi harus minum susu pakai gelas dong ya...''

Awalnya Fuka tetap tidak mau minum susu, tetapi
menjelang siang akhirnya mau minum dengan gelas
untuk anak balita (yang pegangannya ada dua itu loh..).

Biasanya, masalah terbesar timbul di malam hari
pada saat anak terbangun minta minum susu, seperti
yang dulu kami alami dengan anak pertama kami,
Rihan (kebetulan anak kedua kami, Afi, tidak pernah
minum pakai dot). Kamipun telah siap untuk 'perang'
melawan rasa kasihan yang akan terjadi.

Tetapi untuk kasus Fuka kali ini, apa yang kami
khawatirkan tidak terjadi. Kami tidak mengalami
masalah di malam hari. Malam itu Fuka terbangun,
melihat sekeliling sebentar, kemudian tidur lagi.
Kami sendiri sempat kaget, kok Fuka tidak rewel
mencari dotnya lagi.

Kami yakin ini bisa dilalui sebagai hasil yang
telah kami lakukan beberapa waktu sebelumnya itu.

Setelah itu semuanya berjalan lancar, Fuka tidak
lagi minum susu memakai dot.

Hal positif yang terjadi setelah itu adalah:

1. Fuka mau makan dengan baik, jauh lebih banyak
dari sebelumnya.

Biasanya, jika anak terlalu tergantung dengan susu,
anak menjadi susah makan. Maunya minum susu terus.
Jika kita orangtua mengikuti terus kemauan anak
yang seperti ini, akan sulit menghentikannya nanti.

2. Fuka tidak mengompol lagi.

Hal ini sangat memberi manfaat. Dengan memuji anak
bahwa dia tidak mengompol, rasa percaya diri anak
kelihatan meningkat. Setiap kali dia bangga bahwa
dirinya bukan anak kecil lagi, sehingga anak
menjadi lebih mandiri.

Selain itu, kita tidak perlu mengeluarkan lagi
biaya pembelian diapers yang cukup mahal itu (lumayan 'kan..).

3. Kami bisa istirahat lebih baik karena tidak
perlu harus bangun membuatkan susu lagi.


Yang perlu DIINGAT dalam hal menghentikan dot ini,
jika anak menjadi rewel, itu adalah hal yang
SANGAT WAJAR.

Seperti halnya kita orangtua juga, anak awalnya
pasti akan menjadi tidak nyaman dengan perubahan
'negatif' yang dialaminya. Tugas kita untuk mencari
alternatif kegiatan sehingga rasa tidak nyaman itu
bisa dikurangi dan akhirnya bisa ditinggalkan.

Begitu kita memutuskan untuk melakukan penghentian
dot, lakukan dengan tegas (BUKAN berarti sambil
marah loh!). Jangan sampai kita menyerah begitu
melihat anak menangis meminta dotnya. Jika hal
ini dilakukan berulang kali, kita akan menjadi
sangat kesulitan melakukannya lagi, karena anak
merasa bahwa dia bisa merubah apa yang telah
menjadi keputusan orangtuanya.

Jadi, untuk menghentikan suatu kebiasaan anak,
faktor PENTING dan EFEKTIF yang bisa dilakukan adalah:

1. Pemberian SIGNAL AWAL kepada anak tentang
perubahan yang akan terjadi pda dirinya.

2. Tindakan TEGAS tapi tetap dengan menunjukkan
KASIH SAYANG sehingga anak memahami bahwa apa
yang kita lakukan memang akan terjadi.

3. KERJASAMA orangtua dan pihak lain sehingga
tidak terjadi perbedaan dalam memperlakukan anak.


Selamat Mencoba.. dan ditunggu cerita pengalaman anda.

Tidak ada komentar: