Senin, 18 Februari 2008

RASA INGIN TAHU ANAK BESAR = ANAK CERDAS. BENARKAH?

Oleh: Taufan Surana

Jika anda sudah banyak membaca buku ataupun
menerima banyak informasi tentang perkembangan
anak, pasti anda pernah mendapatkan pernyataan berikut:

''Anak yg selalu bertanya atau rasa ingin
tahunya besar adalah anak yg cerdas.''

Benarkah pernyataan itu?
Apakah memang demikian kenyataannya?

(Semoga anda tidak menjadi ragu dengan 2 pertanyaan di atas.)

Memang BENAR bahwa salah satu ciri anak cerdas
adalah anak yg rasa ingin tahunya besar, selalu
bertanya tentang banyak hal.

TETAPI, ada satu hal lagi yg perlu menjadi
perhatian kita dalam menilai apakah anak tersebut
BENAR-BENAR mempunyai ciri-ciri anak cerdas.

Apa itu?

Setelah anak mengajukan pertanyaan, ada 1 tahapan
lanjutan yg bisa dijadikan acuan apakah dia
benar-benar ingin tahu, yaitu:

''APAKAH ANAK BENAR-BENAR MEMPERHATIKAN JAWABANNYA.''

Anak yg cerdas akan bertanya banyak hal karena
memang dia ingin tahu jawabannya. Biasanya, jika
anak tersebut bertanya, dia akan 'mengejar'
jawaban kita dengan pertanyaan lanjutan, sampai
kita orangtua menjadi kewalahan dalam menjawabnya.

Inilah salah satu ciri-ciri anak cerdas yang sebenarnya!

Kadang-kadang kita melihat anak yang selalu bertanya, tetapi sebelum dijawab anak tersebut sudah bertanya lagi hal yang lain lagi secara terus menerus. Hal ini menunjukkan bahwa anak tersebut tidak benar-benar ingin tahu terhadap apa yang ditanyakannya.

Menghadapi anak seperti itu, kita perlu mengarahkan sedikit demi sedikit, sehingga anak menjadi bisa memfokuskan dirinya terhadap apa yang ingin diketahuinya.

Kemudian, sarana TERBAIK untuk memuaskan
keingin-tahuan anak adalah dengan menyediakan
buku, dan mengajarkan anak MEMBACA sejak dini.

Aktivitas membaca mempunyai pengaruh terbesar
dalam kehidupan berpikir seorang anak, yang pada
akhirnya akan berpengaruh juga terhadap tingkat
kecerdasan anak.


Untuk menstimulasi hal tersebut, kita perlu
memberikan kegiatan lanjutan setelah anak selesai membaca dalam suasana yang menyenangkan.
Misalnya, kita bisa membuat quiz tentang isi dari bacaan tersebut, dlsb. Hal ini perlu untuk melatih anak belajar menguasai isi bacaan tersebut.

Pemahaman terhadap isi bacaan merupakan tahap lanjutan yang sangat penting untuk diajarkan setelah anak mulai lancar membaca.

Yang lebih penting lagi:

JANGAN memaksa anak untuk membaca!

Beri kebebasan kepada anak untuk memilih buku
yang ingin dibacanya.

INGAT, yang penting BUKAN APA yang dibaca oleh
anak, TETAPI BAGAIMANA anak membacanya. Tentu saja, selama buku-buku tersebut sesuai untuk anak-anak.

Jangan samapai, misalnya, kita memaksa anak membaca buku tentang binatang, padahal anak sedang ingin membaca buku tentang angkasa luar.

Adil Fathi Abdullah dalam bukunya mengatakan:

''Andai kita berhasil membuat anak gemar dan
menikmati aktivitas membaca serta menjadikannya
sebagai sarana untuk meningkatkan daya pikirnya,
berarti kita telah memberikan kebaikan yang
tidak ternilai dengan harta dunia.''


Anda setuju?

TIPS: Bagaimana Membuat Anak Suka Belajar
oleh: Taufan Surana

Beberapa tips di bawah ini SANGAT MENENTUKAN dan EFEKTIF diterapkan supaya anak SUKA BELAJAR:

1. SUASANA YANG MENYENANGKAN adalah SYARAT MUTLAK yang diperlukan supaya anak suka belajar. Menurut hasil penelitian tentang cara kerja otak, bagian pengendali memori di dalam otak akan sangat mudah menerima dan merekam informasi yang masuk jika berada dalam suasana yang menyenangkan.

2. Membuat ANAK SENANG BELAJAR adalah JAUH LEBIH PENTING daripada menuntut anak mau belajar supaya menjadi juara atau mencapai prestasi tertentu. Anak yang punya prestasi tapi diperoleh dengan terpaksa tidak akan bertahan lama. Anak yang bisa merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan akan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan sangat mempengaruhi kesuksesan belajarnya di masa yang akan datang.

3. Kenali tipe dominan CARA BELAJAR ANAK, apakah tipe AUDITORY (anak mudah menerima pelajaran dengan cara mendengarkan), VISUAL (melihat) ataukah KINESTHETIC (fisik). Meminta anak secara terus menerus belajar dengan cara yang tidak sesuai dengan tipe cara belajar anak nantinya akan membuat anak tidak mampu secara maksimal menyerap isi pelajaran, sehingga anak tidak berkembang dengan maksimal.

4. Belajar dengan JEDA WAKTU ISTIRAHAT setiap 20 menit akan JAUH LEBIH EFEKTIF daripada belajar langsung 1 jam tanpa istirahat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak mampu melakukan konsentrasi penuh paling lama 20 menit. Lebih dari itu anak akan mulai menurun daya konsentrasinya. Jeda waktu istirahat 1-2 menit akan mengembalikan daya konsentrasi anak kembali seperti semula.

5. Anak pada dasarnya mempunyai naluri ingin mempelajari segala hal yang ada di sekitarnya. Anak akan menjadi SANGAT ANTUSIAS dan SEMANGAT untuk belajar jika isi/materi yang dipelajari anak SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK. Anak akan menjadi mudah bosan jika yang dipelajari terlalu mudah baginya, dan sebaliknya anak akan menjadi stress dan patah semangat jika yang dipelajari terlalu sulit.

Tidak ada komentar: